Kamis, 29 Desember 2011

Aku takut gelap.

Ibu dimana?
Aku tidak dapat melihat dengan jelas apa yang ada di epanku
Aku sedang menahan isak tangis dalam sunyi


Ibu dimana?
Aku takut,semuanya hitam, gelap dan aku sendirian


Ibu dimana?
Berkali-kali langkahku tersandung sesuatu karena gelap
Badanku tergores luka karena jatuh
Aku buta arah dalm hitam


Ibu dimana?
Bantu aku untuk berdiri tegak kembali
Bersama merawat lukaku
Tuntun aku dalam cahaya ibu

Ibu dimana?
Datang dan peluk aku

Selasa, 27 Desember 2011

Ini nyataku.


Jangan pernah tau, setiap hari masih namamu yang juga terselip dalam doaku
Jangan pernah tau, setiap malam kamulah peran utama penyebab tiap tetes air hangat tumpah dari kelenjar air mataku
Jangan pernah tau, setiap hari aku harus melawan hati kecilku yang sulit diajak berkompromi agar bisa berpura-pura di depanmu
Jangan pernah tau, setiap hari aku selalu menyibukkan diriku agar saat malam datang tubuhku lelah dan langsung tertidur tanpa harus galau karenamu
Jangan pernah tau, sesibuk apapun kegiatan yang aku cari, itu hanya akan memperlelah fisikku, bukan hati dan pikiranku. Karena walaupun fisikku lelah tapi pikiranku tidak pernah lelah memikirkanmu pada setiap sel didalamnya.
Jangan pernah tau, aku selalu merindukan saat saat DULU
Jangan pernah tau, semua yang kamu lihat tidak lebih dari sekedar sandiwara belaka. aku kuat, aku mampu, aku sanggup tanpamu, ah itu kan cuma sandiwaraku saja didepanmu
Saat aku mengetik tiap baris huruf dari tulisan ini, itulah keadaanku yang sebenarnya, bukan sandirawa, ini nyata diriku :) aku patah,aku retak dan aku tumpah!

Kamis, 22 Desember 2011

Selamat Hari Ibu :)

Selamat Hari Ibuuuu! :)
Terima kasih IBU yang selama 9 bulan udah rela diberatkan oleh aku.Terima kasih atas semua kasih sayang tulus yang setiap hari ngalir untuk aku. Terima kasih atas nasihat dan omelan IBU. Mungkin sekarang apa yang udah aku lakuin gak sebanding dengan pengorbanan IBU dan nyatanya memang sekarang aku belum ngelakuin apapun untuk ngebalas jasa IBU. Tapi, dalam diamku, aku selalu sayang IBU!
Terima kasih IBU :')

Sedikit hadiah kecil untuk ibu :')

Jumat, 09 Desember 2011

Percakapan kita.


“Aku hanya ingin di mengerti.” Ucapku tegas di tepat di depan wajahnya.

“Memangnya selama ini aku tidak mengerti kamu?” Jawabnya singkat, mengundang emosiku.

“Kamu ini bisa peka sedikit tidak? Percuma kamu mengatakan kamu suka aku, sayang aku dan cinta aku kalau kamu tidak pernah mengerti aku!” Bentakku menyentuh kasar gendang telinganya. Dia hanya tercengang, tak percaya aku bisa mengeluarkan suara sekencang itu.

“Jadi, aku harus gimana dong, wahai seseorang yang aku cintaa?” Tanyanya dengan nada sedikit manja. Tapi aku tidak tergoda! Aku masih dengan emosiku.

“Kok nanya? Pikir sendiri dong!” Jawabku sinis, aku masih memalingkan wajah, enggan menatapnya wajahnya yang seringkali membuatku luluh.

“Gini ya, kamu mau diperhatikan tapi enggak mau memperhatikan, kamu mau disayangi tapi tidak pernah lebih menyayangi seseorang, kamu selalu benar dan orang lain selalu disalahkan, kamu seringkali……”

“Cukup! Cukup! Bisa enggak sih kamu bikin aku senang?” Kataku membalas bentakannya dengan nada tinggi.

Seketika suasana menjadi hening, Aku hanya terdiam menatapnya, air mata perlahan menuruni kelopak mataku, mengalir begitu saja di pipiku.

“Oke, sekarang apa masalahmu?” Dia menurunkan intonasi bicaranya lebih tenang dari sebelumnya.

“Kamu selalu dekat dengan perempuan-perempuan di sekitarmu, kamu seringkali memberi perhatian kepada mereka sedangkan kamu mempunyai status ‘pacaran’ denganku! Aku ingin dijadikan satu-satunya untukmu dan itu berarti tidak ada perempuan lainnya!” Akhirnya termuntahkan juga hal yang selama ini terpendam dalam dadaku walau dalam isak tangis.

“Maaf sayang, aku tidak pernah bermaksud menyakiti hatimu, aku dengan perempuan-perempuan itu hanyalah teman biasa, aku juga tidak pernah member perhatian kepada mereka. Maaf, membuatmu risih selama ini dengan keadaan seperti itu. Kamu adalah Perempuanku satu-satunya, Cuma kamu! Satu!”

Aku terdiam dalam tumpahan air mataku. Tidak ada kata yang bisa kuucap. Aku hanya ingin dia mengerti.

 “Sayang,kamu bisa miliki hati seseorang, tapi kamu belum tentu miliki jalan hidupnya. Cobalah mengerti sudut pandangku.Percayalah, aku cuma punya kamu tapi aku juga butuh teman, hanya sekedar teman. Ini bukan hanya masalahmu, tapi ini masalah kita, Sayang.” Ucapnya menenangkanku, dia gunakan tangannya yang lembut untuk menghapus air mataku.

“Itulah masalahmu, kenapa harus teman perempuan yang kamu miliki? Aku cemburu sayang.Tolong mengerti aku”

“Iya iya Perempuanku, aku akan menjaga jarak dengan mereka. Aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman disampingku. Maaf jika selama ini hatimu dipenuhai rasa sesak karenaku. Dan kamu janji harus selalu mengatakan padaku hal yang mengganggumu” Ucapnya lembut sambil memasang senyum simpul dibibirnya.

“Kadang, sesuatu itu tidak perlu diucapkan dengan suara, hanya perlu perhatian yang lebih detail. Aku ingin kamu lebih memperhatikanku” Kataku dengan nada manja padanya.

“Aku harus belajar baca bahasa isyarat dong” Ucapnya dengan nada dan air muka yang polos tapi mengundang senyumku yang menahan tahan. Membuatku selalu ingin menyubiti lengannya. Dia selalu berhasil membuatku hatiku luluh dan membaik seketika.

Minggu, 20 November 2011

Sepotong Percakapan Kecil dibawah Hujan


“Kenapa kamu sendirian di bawah hujan?” Aku mendekati seorang anak laki-laki yang sedang duduk meringkuk di bawah nyanyian hujan yang tumpah dengan lumayan deras.

“Eh…” Dia sedikit terkejut mendapati diriku sudah berada disampingnya.

 “Nanti kamu kedinginan lho, sinih aku payungi” Aku berjongkok disampingnya agar dapat mensejajarkan pandangan ku seraya memayunginya.

“T- terima kasih” Ucapnya terbata-bata sambil tersenyum ke arahku. Ah, kamu berbohong, walaupun lengkung bibirmu membentuk senyum, tapi tetap saja aku tau kamu sedang tidak tersenyum. Tergamabrkan dari kedua sorot matamu yang memancarkan kesedihan dan kesepian, tapi ada perasaan bahagia dibalik itu. Kamu itu.. ah tidak dapat dijelaskan dengan rangkaian kata saat aku melihat matamu. Rumit.

Aku pura-pura mengabaikan kesedihan yang terlihat dari matamu itu “Ibuku selalu cerewet kalau aku hujan-hujanan. Bilang aku bisa pusing lah, flu lah... Padahal mana mungkin sih, butiran-butiran yang masih murni ini penyebab penyakit? Itu semua tergantung daya tahan tubuh kan?” cerocosku panjang lebar.

“Eh, i-iya iya” Kamu merespon seadanya.

“Dan ibu selalu bersikukuh agar aku membawa payung setiap hujan. Menyebalkan sekali. Padahal kan, jauh lebih asyik bila kita berlarian di bawah hujan. Merasakan tetes-tetes air hujan menerpa wajah kita.Kamu juga suka hujan kan?” Kembali aku melanjutkan pendapatku tentang hujan padamu dengan suara yang sengaja aku imbangkan dengan hujan. Hujan ini tidak mau kalah menyanyikan iramanya, padahal aku juga sedang memainkan irama percakapanku sendiri.

“Iya” Lagi-lagi kamu merespon sangat amat seadanya. Tapi tak apalah, itu saja sudah cukup bagiku karena berarti setidaknya apa yang aku katakan terdengar olehmu.

”Hahaha, sudah aku tebak. Matamu bahagia bila hujan turun.” Jelas-jelas aku sedikit berbohong saat mengatakan ini, karena ada perasaan sedih sekaligus bahagia yang terbaca pada matamu.

“Hmmm” Kamu sedikit menarik bibirmu membentuk senyum.

”Aku juga sukaaaa sekali dengan hujan. Bagaimana melihat tetesan hujan berlomba-lomba membasahi tanah, menimbulkan wewangian yang menyenangkan. Bagaimana irama hujan yang berkeretak menerpa atap-atap. Dan yang paling aku suka, bagaimana hujan menimbulkan perasaan tertentu.” Aku bercerita tentang hujan dengan sangat bersemangat padamu.

”Perasaan seperti apa?” Ini pertanyaan pertama yang terlontar dari bibir kecilmu, aku mengambil kesimpulan berarti kamu mulai tertarik dengan cerita hujanku.

”Perasaan yang... entahlah. Aku tidak bisa menjelaskan. Rasanya seperti bahagia, tapi ada suatu bagian dalam hujan  yang menimbulkan perasaan semacam sedih, kesepian − atau damai?? Sepertinya itu rindu, walau kadang aku tak tahu sedang merindukan apa. Apa kau paham maksudku?”

”Aku paham...” Katamu, seolah memang mengerti sekali dengan apa yang aku katakan.

”Itulah mengapa orang-orang selalu terinspirasi oleh hujan. salah satu cara yang pernah aku lakuin waktu aku ngerasa udah ngelakuin sesuatu yang salah aku selalu beranggapan Allah memang menurunkan hujan salah satunya dengan tujuan itu, aku akan merasakan kesalahan yang aku lakukan "terhapus", menangislah jika memang kamu membutuhkannya. Takkan ada seorangpun yang mengetahui kamu sedang menangis karena hujan menutupi kesedihanmu

”Oh...” Responmu sama seperti sebelum-sebelumnya.

”Ah, maaf! Aku terlalu banyak bicara ya?? Kamu pasti terganggu olehku… Banyak orang yang bilang aku terlalu berisik, sampai− “ Aku merasa harus minta maaf padanya karena mulutku yang dari tadi mengeluarkan kalimat-kalimat panjang ini.
Dia memotong kalimatku “Aku sama sekali tidak merasa terganggu.”

“Ah, kau baik sekali. Kebanyakan orang justru menganggapku menyebalkan, dan beberapa dari mereka malah sudah menyiapkan lakban ketika aku mulai bercerita,hahaha. Oh ya, ngomong-ngomong, apa yang paling kamu suka dari hujan?”

“Kamu. Dan payung merahmu. Seperti saat ini…”
Aku terdiam, tenggelam dalam sorotan matamu yang rumit itu dan dalam hujan yang sekarang bebas membasahi tubuhku karena payungnyang aku pegang  terlepas dari genggamanku. Hujan kini membasahi kita.

Sabtu, 19 November 2011

Retak, Pecah, Patah!


Aku tidak patah.
Hanya sedikit retak.
Seperti gelas kaca setelah diberi rasa "hangat" kemudian mendadak ditetesi air "dingin"
Retak kan?
Sama kok..
Hari ini, aku juga merasa yang demikian..
Tidak sakit..
Hanya saja jangan coba memegang erat-erat aku, aku sedang rapuh..
Kapan pun aku bisa patah, bahkan pecah.
Kelenjar air mataku bisa saja tumpah dan ambrol tak karuan seperti air dalam gelas kaca itu...
Berantakan..


Bisa dimengerti?

Buat kamu, yang tak pernah tau :)

Apa kabarmu? Apakah baik-baik saja? Bagaimana disana? Apakah ada yang memperhatikanmu, menjagamu?
Apakah di suatu lipatan hatimu, kau merindukan sekolah lama kita? Dengan pohon-pohon raksasa di tepiannya, tempat pertama kali aku melihatmu disana, sendiri menunggu? Dengan langit cerah yang selalu kita kutuk, karena  berkas-berkas sinar matahari begitu leluasa membakar kulit? Atau dengan lapangan yang selalu penuh dengan genangan air sehabis hujan?

Entahlah, aku rindu. Bahkan dengan ulangan fisika yang sukses membuatku menangis tanpa harapan. Juga dengan bel yang bersuara norak saat pergantian pelajaran. Dan dengan rolade yang mati-matian kuperebutkan dengan sepuluh gadis yang menjerit-jerit bising, tapi berhasil disambar orang karena aku lengah saat kudapati bayangmu disana, kepayahan membawa tumpukan buku pada tanganmu di antara jejalan manusia.

Ya, dalam daftar ’Seribu hal yang aku rindukan’, kamu terletak di nomor satu. Kamu di lapangan belakang. Kamu dan motormu. Kamu saat pergantian pelajaran. Kamu ketika tertawa. Kamu, kamu,kamu.

Orang bilang aku jatuh cinta kepadamu. Padahal kutahu pasti, aku tidak sedang jatuh cinta. Ah, perasaan yang sulit dijelaskan. Kamu hanya detil sederhana dalam hariku. Namun tanpa detil itu, hariku tak sempurna. Seolah indraku dibuat untuk mengenali eksistensimu. Mendeteksi tawamu, binar matamu, derap langkahmu. Aneh memang.

Bukan cinta. Hanya euforia masa remaja. Mungkin terlalu banyak hormon endorphin.

Dan tahukah kau, ditempat baruku ini, pohonnya indah-indah. Dengan daun rindang berwarna merah pekat, berbentuk hati. Tapi entahlah, aku lebih suka pohon yang dulu. Yang teduh dan suram, dengan kamu di bawahnya :)

KAMU


Kamu adalah satu-satunya buku yang kuhapal isinya dari awal sampai akhir. Dari daftar isi sampai daftar pustaka. Dari setiap kapital dan titik koma.

Itu dulu.

Sebelum akhirnya aku sadar bahwa banyak halamanmu yang menghilang. Bahwa apa yang kubaca dan kurapal selama ini ternyata tak lebih dari sepertiga buku saja.

Ternyata aku memang tidak tahu apa-apa tentangmu!!

Kamis, 17 November 2011

Unique.



Dia, mereka sering menempelkan sebutan-sebutan untuk dirinya, Saiko ataupun 'Wanita Si Pemilik Dunianya Sendiri'. Dia, dia yang selalu suka dengan jalan pikirannya sendiri entah itu yang dia mengerti ataupun tidak. Dia, seorang wanita berkulit sawo matang, bermata bulat, berumur 16 tahun (dia sangat agak sedikit berlebihan menanggapi umur barunya yang baru resmi ia sandang 1 November lalu ).

Aku suka dengan jalan pikiran wanita ini, kadang dia suka memandang suatu hal berbeda dengan orang lain, dia seperti memiliki dunianya sendiri yang hanya terdiri dari dia dan pikirannya. Kadang dia tidak gampang membiarkan orang lain masuk ke dalam dunianya, atau kadang dia tidak semudah orang kebanyakan untuk dapat bersosialisi dengan mereka berpikiran sederhana. Saat mereka sibuk dengan urusannya masing-masing dia juga sibuk dengan urusannya sendiri, kadang dia mencoret-coret buku catatannya sendiri yang memang sering dia lukiskan dengan tinta bewarnanya. Bagi dia itu sebuah coretan, tapi bagiku dia sangat kreatif. Saat kebanyakan anak remaja sibuk dengan hand phone atau smart phone di zaman sekarang ini, tapi tidak bagi dia, alat elektronik semacam itu tidak terlalu mempengaruhi hidupnya. Entah apa yang dia pikirkan, lagi-lagi aku tidak mengereti dengan jalan pikirannya. Gayanya sehari-hari juga tidak seperti wanita berumur 16 tahun kebanyakan, dia cool, santai, easy going, tapi dia tetap fashionable.

Pengetahuannya bisa terbilang banyak. Jujur, kadang aku pun tertarik isi kepalanya ini. Aku coba untuk dapat masuk ke dalam dunianya, dan surpriseee.. your amazing friend! Dia dapat menanggapi suatu hal dengan cara yang berbeda. Mungkin karena itulah mereka menyebutnya Saiko, dia sangat suka dengan Bahasa Jepang atau Korea. Ketika dia sangat suka dengan suatu hal, dia selalu akan mencari tau hal tersebut lebih dari orang lain, dan yang dia cari tau itupun diluar daya pikir orang kebanyakan. Kadang pernah suatu hari dia lagi suka-sukanya dengan ‘Sejarah’, diapun langsung mencari hal yang berhungan dengan Sejarah, bagaimana Agama Hindu bisa berdiam di Indonesia, Bagaimana Bangsa *yang aku sendiri lupa namanya* dapat melakukan hal ini hal itu. Dia sangat mencintai sesuatu melebihi orang lain. Aku belajar darinya bagaimana cara memanfaatkan waktu dengan baik.

Aku perlahan mulai berpikir seperti dia, terserah mereka mau berkata apa, inilah dunia ku , aku peran utama dalam hidupku, aku yang memegang kendali. Perlahan-lahan aku mulai mengerti kenapa harus ada orang seperti dia di dunia ini.

\
My friend and my classmate, Aklima.S *peluk cium*

Selasa, 25 Oktober 2011

DEJA VU

Semua orang di seluruh dunia pasti pernah mengalami Perasaan DEJAVU dan Berdasarkan penelitian, 70% manusia di bumi pernah merasakan déjà vu. fenomena psikologis tersebut adalah hal yang sangat wajar dan bukan merupakan suatu kutukan atau karma sebagaimana banyak dipercayai orang.

sebenarnya apa itu DEJAVU ??

Déjà vu berasal dari salah saru kata atau frasa bahasa Perancis yang arti secara harfiahnya adalah “pernah melihat” . Maksudnya, seseorang mengalami suatu pengalaman yang dirasakan olehnya pernah dialami sebelumnya.


Pernahkah kamu mengalami perasaan pernah melakukan kegiatan yang sama persis sebelumnya? Merasakan sebuah kondisi yang sama perisis sebelumnya? Melihat dan mendengar hal yang sama sebelumnya? Hal ini memang terkadang sangat membingungkan karena pada saat itu pula kita tidak mampu mengingat kapan dan dimana pernah melakukan kegiatan tersebut. Hal tersebut seolah-olah ada dalam mimpi namun kenapa bisa benar-benar terjadi. Inilah misteri yang biasa disebut orang dengan Dejavu.

pasti kita berfikir apa saat ini kita hidup untuk kedua kalinya ? apa dulu kita pernah hidup ?? lalu yang kita alami ini pernah terjadi saat di kehidupan pertama kita lalu kita teringat di kehidupan kedua kita ??



Pertanyaannya adalah mengapa déjà vu bisa terjadi? Jangan dulu berpikiran bahwa ini adalah fenomena alam yang tidak mampu dijelaskan secara ilmiah karena para ilmuan telah menemukan jawaban akan fenomena yang ada dalam alam pikiran manusia tersebut. Déjà vu terjadi karena adanya gelombang yang diantarkan ke dalam otak. Gelombang tersebut tercipta setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia. Gelombang ini lalu diterjemahkan ke dalam bentuk impuls listrik lalu dikirim ke otak dan dibaca. Tapi ada kalanya otak kita memiliki sensitivitas tinggi sehingga gelombang yang dibaca berupa amplitudo dan frekuensi tertentu tergantung dari kualitas otak kita.


Contoh sederhananya suatu waktu kita dalam hati mendendangkan sebuah lagu. Lalu kita menyalakan radio dan di radio sedang dimainkan lagu yang sedang kita pikirkan tadi. Langsung kita berpikir “déjà vu”. Padahal, ini menunjukkan bahwa gelombang radio yang dikirim oleh stasiun pemancar, selain diterima oleh radio kita, juga dibaca oleh otak kita karena sifat otak kita yang super sensitive dalam menerima gelombang listrik itu tadi.Ada lagi teori lain yang menjelaskan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya


Ada pula yang beranggapan bahwa déjà vu ini adalah sebuah penyakit dalam ingatan sehingga semakin tua umur seseorang maka akan semakin sering pula terjadi déjà vu. Seorang ilmuwan asal Jepang dan juga merupakan seorang neuroscientist MIT , Susumu Tonegawa, melakukan eksperimen terkait fenomena ini pada tikus dengan membandingkan ingatan pribadi (episodik) dengan ingatan baru yang tercatat dalam dentate gyrus. Ia menemukan bahwa tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer. Kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.


Berikut macam macam DEjavu
Déjà vu juga terjadi dalam berbagai bentuk ada yang hanya bisa mengingat secara samara-samar, ada yang hanya mengingat lokasi kejadian, dan ada pula yang mengingat hal-hal yang sangat mendetail. Secara garis besar, déjà vu terdiri dari empat jenis yakni:

1. Déjà Vu
Déjà vu jenis ini yang paling banyak terjadi dimana kita pernah merasakan suatu kondisi yang sama sebelumnya dan yakin pernah terjadi di masa yang lampau dan berulang kali. Sering kali pada saat itu individu akan diikuti oleh perasaan takut, rasa familiar yang kuat, dan merasa aneh.

2. Déjà Vécu
Perasaan yang terjadi pada Deja Vecu lebih kuat daripada déjà vu. Deja vecu seseorang akan merasa pernah berada dalam suatu kondisi sebelumnya dengan ingatan yang lebih detail seperti ingat akan suara ataupun bau.

3. Déjà Senti
Déjà Senti adalah fenomena “pernah merasakan” sesuatu. Suatu ketika kamu pernah merasakan sesuatu dan berkata “Oh iya saya ingat!” atau “Oh iya saya tahu!” namun satu dua menit kemudian sadar bahwa sebenarnya kamu tidak pernah berbicara apa pun.

4. Jamais Vu
Jamais Vu (tidak pernah melihat/mengalami) adalah kebalikan dari déjà vu. Kalau déjà vu mengingat hal-hal yang sebenarnya belum pernah dilakukan sebelumnya, Jamais Vu lain lagi. Tipe déjà vu semacam ini justru tiba-tiba kehilangan memorinya dalam mengingat sesuatu hal yang pernah terjadi dalam diri. Hal ini bisa terjadi karena kelelahan otak.

5. Déjà Visité
Déjà vu tipe ini lebih menitikberatkan pada ingatan seseorang akan sebuah tempat yang belum pernah ia datangai sebelumnya tapi merasa pernah merasa berada pada lokasi yang sama. Déjà Visité berkaitan dengan tempat atau geografi..


source : from skepdic.com & stupidthinking.blogspot.com

Jumat, 21 Oktober 2011

Hujan (lagi)

Aku suka hujan pagi ini. Karena aku bisa mempersilahkan selimutku berbagi hangat. Tak kalah hangat dengan pelukannya waktu itu.

Aku suka hujan kemarin sore. Karena membiarkan matahari cemberut dan menangis. Menyadarkannya agar tak bersinar terus menerus.Lelah kan?

Aku suka hujan tadi malam. Dengan es krim di tangan dan obrolan menenangkan untuk sahabat. Ditutup guyuran rintik dingin yg menghangatkan.

Aku suka hujan waktu itu. Kejutan tetiba untuk dia yang baru datang. Dan kami benar-benar berlindung di bawah hujan. Dengan payung langit malam.

Aku suka hujan tahun lalu. Hujan ingin aku makan sendiri. Hingga kenyang, dan mataku yang akhirnya mengeluarkan hujan.

Aku suka hujan di bulan Desember masa itu. Dengan langit mata, dikelilingi awan hitam. Dan mataku, menjadi pencipta hujan.

Aku suka hujan sewaktu kecil. Hujan ya hujan.Air yang turun dr langit dan bisa aku nikmati sebagai hujan. Karena setelah itu akan ada pelangi yang membuatku berteriak kegirangan.
Aku suka hujan, sesukaku suka kamu.

Minggu, 02 Oktober 2011

Your So sweet

I love u more than you know.
Coz thats all i've got.
I hope u'll understand.
And we'll alyways keep the faith.
Between us.
I feel you're so special.
In my life and in my soul.
I'm always waiting.
You in here.
Standing in the ran but never pair.


You are  so sweet.
You're so shine today.
You're so wonderful in my day.
You very very ordinary.
Give me the light,
cz you're my stars.
When i pair.I would never feel alone.


Stay with me honey.
Everytime feel empty.
Everyday feel lonely.
If you're gone from me.
One more time to say.
Please dont go away

Sunday with my girlfriend's songs


liriknya sederhana :) gampang dimengerti. coba dengerin ajaaa lagunyaa :D

Sabtu, 01 Oktober 2011

Dandelions

"Dandelion adalah bunga yang ringan. Serpihannya dapat terbang tertiup angin sampai melewati samudra. Kemanapun tempatnya jatuh, ketika di atas tanah maka akan tumbuh menjadi indah"
Bunga yang sering dijuluki orang-orang dengan sebutan bunga mungil bertopi putih, terlihat sangat lemah bila digoyangkan oleh angin, tapi ia masih tetap berusaha menjadi tegar dan kuat melawan terpaan angin yang seolah-olah akan mencabutnya dari tempat ia berdiri. Dan jika ia memang harus diterbangkan oleh sang angin, ia rela dan dia tidak akan bersedih. Karena ia tahu meskipun diterbangkan oleh angin dan tak tahu kemana arah terbangnya, dia juga tidak takut jika nantinya setelah deterbangkan oleh sang angin ia harus tertinggal ditanah yang gersang, di tepi jalan berbatu, bahkan dihimpit semak berduri, dia tetap tegar dan mencari setitik celah dan berjuang untuk tetap hidup. 



 
Dandelion mampu bertahan dalam segala cobaan. Walaupun bentuknya tidak seindah mawar merah,mungkin tidak harum seperti bunga melati, Tapi Dandelion dengan tangkai kecilnya yang sederhana. mampu memberikan banyak arti dalam kehidupan ini. Bisa memberikan kehidupan baru. Serta saat dia disandingkan dengan ilalang jalanan yang sangat jarang dapat melihat dan menyadari keberadaannya juga tidak membuat nya sedih, karena ia memang bagian dari itu. Dia tak pernah berhenti berusaha. 
Dandelion sosok kuat meskipun tampak rapuh, tapi memiliki semangat yang hebat dalam memcari kehidupan baru di luar sana. Mampu terbang tinggi, menjelajah luas menentang angin, sampai akhirnya mendarat di tempat baru kemudian tumbuh menjadi jiwa yang baru. Tujuan hidupnya hanya satu. Setelah dia terbang melintasi jagad raya, meniti kehidupan yang penuh kesulitan, suatu hari nanti, sejauh apapun dia telah pergi ia akan tentap tumbuh menjadi bunga yang tegar. 

Yang paling disukai, Dandelion terus terbang tinggi, maknanya berusaha mengejar cita-cita setinggi-tingginya. Kemudian mampu memberikan kehidupan baru di tempat yang baru, selalu tumbuh dan berkembang. Ingin menjadi Dandelion.
 

Minggu, 10 Juli 2011

Hujan Yang Menari


Hujan Yang Menari
Oleh : Juli Novita Sari

Pagi cerah hari ini disambut oleh embun yang berjatuhan, tetes-tetes embun masih bisa kurasakan saat hawa dingin menusuk tubuhku dan itu kurasakan ketika aku membuka jendela kamarku yang bergordenkan bunga-bunga kecil berwarna biru muda kesukaanku. Ketika sedang membuka jendela aku berbisik pada sang pagi ‘Selamat pagi dunia, selamat pagi Fevita’. Dan tidak lama setelah aku dibangunkan oleh sang mentari, aku langsung menuju kamar mandi, tentunya dengan langkah gontai. Aku menuju kamar mandi,lalu kemudian mengambil air wudhu.
Disela doaku sehabis shalat subuh, aku selalu menyelipkan nama kedua orang tuaku, semua orang-orang yang kusayang dan itu berarti aku juga menyelipkan nama Reihan. Setelah selesai menghadap Tuhan aku bersiap-siap untuk berangkat kesekolah.
“Ma, hari ini Fe bawa bekal ya, soalnya kalau Rabu sering gak sempat ke koperasi” kataku pada mama sambil menyeruput susu Milo buatan mama yang sudah disiapkan beliau selagi aku memakai pakaian.
Tidak lama kemudian Mama pun datang dengan kotak bekal yang berisikan nasi goreng buatannya dan dengan botol minum bewarnakan hijau muda.
“Ini bekalnya” kata mama sambil menyodorkan kedua benda itu kepadaku.
“Makasih Ma” aku meletakkan bekal-bekalku kedalam tas oranyeku
“Fe pergi sekolah yaa, assalamualaikum” teriakku dari teras rumah setelah memakai sepatu.
Hari ini aku sendiri yang mengendarai motor, tapi terkadang Ayah yang mengantarkanku. Setengah dari perjalananku menuju sekolah, gerimis mempercepat laju motorku. Aku terpaksa menerobos tirai air itu, meski membuat seragam dan tubuhku basah. Tadi subuh langit masih cerah menyinari bumi tapi sekarang awan menangis dengan tiba-tiba. Tapi aku suka merasakan sejuk anginnya yang menggelitik manja.
Aku tiba di sekolah dua puluh menit lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan. Diparkiran aku bertemu dengan seseorang yang sangat ingin aku temui, yaitu seorang laki-laki yang sedang memarkirkan motornya dengan pakaian dan rambut yang dibasahi oleh rintik hujan. Itu membuat penampilannya semakin ingin membuatku tersenyum dan menyapanya.Ternyata ia sadar bahwa ada seorang perempuan disudut parkiran ini sedang asyik memperhatikannya,lalu ia melemparkan senyumannya pada perempuan itu, dan perempuan itu adalah aku. Sontak aku pun juga tersenyum ke arahnya, laki-laki itu ialah Reihan.

***
Seperti hari-hari biasanya, Rabu adalah hari yang tidak terlalu menyenangkan bagiku, teman-teman pun memberi sebuah sebutan pada sang Rabu untukku ‘Rabu Bukan Harinya Fevita’. Keadaan yang tidak terlalu menyenangkan itu semakin dikuatkan dengan kejadian sekarang ini.
Aku tidak mengerjakan catatan Sosiologi, lebih tepatnya aku lupa mengerjakan catatan tersebut. Sedangkan aku tau, Ibu Yurlita selalu memeriksa catatan setiap murid untuk kemudian di paraf dan diberi nilai. Walaupun nilai yang diberikan hanya berupa sebuah huruf alphabet, tidak seperti ketika aku SD, jika catatanku bagus akan diberi nilai sepuluh dan jika kurang bagus akan diberi nilai dibawah sepuluh.
“Osa, Osa, Osaaa..” setengah berteriak aku memanggil Osa di dalam kelas sambil mencari-cari orang yang akan menjadi dewi penolongku itu. Dan alhasil, aku langsung menemukan sosok Osa yang sedang berbicara dengan Mey. Tanpa harus menghabiskan banyak waktu lagi aku menghampirinya.
“Osa, pinjem catatan Sosiologi dong” pintaku setengah memohon dan memaksanya.
“Yaudah bentar ya Osa ambil dulu” ia menuju mejanya.
“Oke bos” kataku dengan tangan disamping kepala sehingga membentuk tanda hormat.
Aku langsung menyalin catatan di meja dan kursiku sendiri, tentunya dengan tergesa-gesa. Osa duduk di kursi depan mejaku sambil bergeleng-geleng melihat aku dan jariku yang sibuk menari cepat di atas buku tulis.Aku sudah menyalin catatan sebanyak satu halaman dan itu harus terhenti karena kedatangan Acha.
“Fevitaaa, kamu lupa ya? Hari ini kan kita piket” Acha berkata sambil setengah memarahi, setengah berteriak, setengah menyuruh dan setengah membentak padaku.
Aku menepuk jidatku “Oh iya aku lupa hari ini aku piket,yaudah aku piket sekarang” Aku langsung buru-buru merapikan buku-buku, pulpen dan kotak pensil ke dalam laci, lalu aku langsung meraih sapu yang berada si belakang pintu dan kegiatan piket pun dimulai.

***
            Pukul 07.45 bel masuk berdering, menandakan kegiatan belajar mengajar akan segera di mulai. Aku segera duduk di mejaku untuk memulai pelajaran pertama pada hari ini, yaitu Ekonomi. Ternyata masih belum selesai hal yang tidak menyenangkan terjadi padaku hari ini, Ketika guru Ekonomi yang sekaligus merangkap sebagai wali kelasku memasuki ruang kelas X.1 ini, beliau mengatakan hal yang merupakan pilihan kami yang sangat terakhir yang ingin kami dengar dari setiap guru.
“Anak-anak, hari ini Ibu akan mengadakan ulangan”
“Haah?” itulah kata pertama yang keluar dari mulut kami, lalu disambung dengan keributan kami lainnya.Dari setiap sudut kelas aku mendengar teriakan mereka “Bu, jangan hari ini dong”
“Aduh bu, kami belum belajar”
“Bu saya masih belum terlalu mengerti bab ini”
Dan masih banyak kata-kata keluhan dari mereka, dari keributan itu ada juga yang langsung membuka buku Ekonomi dan membacanya, sangat cepat.
“Sudah, sudah..Ibu hanya ingin mengetahui apakah dirumah kalian ada belajar atau tidak. Keluarkan kertas selembar dan masukan semua buku ke dalam tas”
Tentu aku akan menjawab bahwa aku tidak belajar Ekonomi semalam. Kecuali jika besoknya aku sudah tau akan diadakan ulangan, maka aku akan rela meninggalkan semua kegiatanku, termasuk membuka situs jejaring sosial, seperti Facebook atau Twitter.

***
Pelajaran terus berlanjut  dan berlanjut tanpa mau memberiku waktu untuk menyelesaikan catatatan Sosiologi. Tapi entah beruntung atau tidak, aku masih sempat mengerjakan catatan tersebut ketika jam istirahat. Aku mengorbankan waktu istirahatku dikelas untuk menulis dan menulis.
“Fe belum siap nyatat ya? Buruan! Sebentar lagi jam istirahat selesai” Mey menghampiri mejaku sambil membawa tahu isi dan jajanan koperasi lainnya. Mey memang lebih suka menghabiskan uang sakunya ke koperasi ketimbang ke kantin, itu juga berlaku padaku, Osa dan juga Acha. Bahkan kami selalu pergi bersama ke koperasi. Pengecualian untuk hari ini, karena aku terpaksa harus mengerjakan catatan.
“Belum Mey, sedikiiit lagi” Kataku sambil tetap terus mengerakkan jari-jariku diatas buku tulis tanpa melihat ke arah lawan bicaraku.

***
Pukul 12.40, masih 1 jam lagi bel pulang sekolah berdering. Sementara diluar, hujan perlahan turun membasahi bumi pertiwi, derasnya hujan semakin menggodaku untuk tidak berhenti melihat keluar jendela kelas, aku mereka-reka wajah Reihan. Hujan semakin senang menjatuhkan bulir-bulir airnya di atas tanah basah. Dia juga membasahi pohon-pohon yang ikut menari menikmati gelitik deras airnya.
Pukul 12.60, hujan masih menari-nari diluar sana, memainkan irama sederhana yang mungkin hanya bisa di dengar oleh mereka yang membiarkan tubuhnya basah oleh gemericik air. Irama hujan beradu merdu dengan riuhnya kelasku.
Kiki, masih sibuk dengan cerminnya yang sejak tadi ia genggam dengan mesra. Pinky sibuk dengan benda penghibur yang sengaja di setting silent bernama handphone. Sekolah sudah melarang murid-muridnya membawa handphone,tapi bagi Pingky himbauan itu hanya sekedar alunan lagu lalu yang berkali-kali di dengar. Yoga sibuk mendengar suara Ritzi, suara yang sedang bersenandung “Malam ini hujan turun lagi, bersama kenangan yang ungkit luka di hati” Diary Depresiku, lagu yang pantas dinyanyikan kala hujan berusaha menyamarkan suara guru Sejarah yang sangat kami cintai itu. Sedangkan aku, mataku melihat ke arah guru Sejarah di depanku tapi otakku tidak, seseorang terus mampir di otakku dan menancapkan semua hal tentangnya di setiap sel-sel impuls otakku dan dia lagi-lagi adalah Reihan.
Pukul 13.25 hujan berhenti menari-nari, dia ingin mencari tempat lain dimana banyak orang yang lebih menghargai irama rintikkan yang diciptakannya. Hanya tersisa suara guntur dan bisik angin nakal yang terlihat meninabobokan pohon-pohon disekitar kelasku. Dan di saat hujan berhenti bernyanyi, bel sekolah bergeming sehingga menimbulkan suara panjang yang menandakan kegiatan belajar-mengajar usai, lalu diikuti oleh suara riuh murid-murid yang tidak ingin kalah dari suara bel yang berdering.
Aku sudah berada diluar kelas dan menyandarkan diri ke dinding ke tembok untuk menunggu Mey yang masih belum selesai merapikan peralatan sekolahnya. Selagi menunggu Mey.Aku,Acha dan Osa berbicara tentang seharian ini di sekolah.
“Padahal nomor 3 tadi aku tau jawabannya, tapi aku ragu” kata Acha dengan wajah keruh.
“Aku juga, mana semalam aku sama sekali gak belajar” timbal Osa.
Aku tidak terlalu memfokuskan diri pada kata-kata mereka karena di sudut kiri ujung mataku, aku melihat seseorang yang lebih menarik perhatianku.
“Hei Pay”Reihan menyapaku dari depan kelasnya. Ya, kelasku dan kelas Reihan bersebelahan. Reihan adalah kakak kelasku yang duduk si kelas sebelas, usia kami hanya berselisih satu tahun.
“Jangan panggil aku Pay!” sautku dengan nada ngambek padanya, dia jalan menghampiriku dan aku pun sedikit berjalan ke arahnya memisahkan diri dari keramaian depan kelasku.
“Nama kamu kan memang Pay.Haha…jangan manyun.Kamu udah jelek, nanti tambah jelek loh” katanya mengejekku sambil menjepit hidungku dengan jari tengah dan telunjuknya.
“Bukan. Nama aku itu Fe, Fevita Pappilliona! Iya aku tambah jelek kalo kamunya terus jepit-jepit hidungku kayak barusan” tuturku sambil menepis tangannya dari hidungku.
“Nama apaan tuh? Payvita Paprika? Namamu aja aneh gitu” Reihan terus mengejekku, kali ini sambil menjulurkan lidahnya dan tertawa dengan besar.
“Iya, aku tau kok nama kamu kan paling bagus seduniaaa, Narendra Reihan!” pujiku dengan nada kesal padanya.
“Han, yuk balik! Jangan asik pacaran” panggil temannya bernama Oza. Oza ialah salah satu teman kelasnya Reihan yang paling dekat dengannya.
“Aku mah ogah pacaran sama kue Pay ini! Iya,ini aku mau langsung ke parkiran” Reihan terus mencelaku. Tapi ada yang lain dari kata-katanya barusan, kata-katanya barusan membuat hatiku seperti tertusuk benda tajam dan itu sangat sakit.
“Hati-hati loh Han ntar malah sebaliknya, hahaha” Oza menertawai Reihan.
“Aku juga ogah pacaran sama kamu yang selalu ngejek aku” timbalku di sela omongannya Oza.
“Hahahaa yaudah aku balik ya Pay Pay, sampai jumpa besok” Reihan mengusap kepalaku,lalu Oza merangkul pundaknya dan membawa laki-laki yang tadinya berdiri di depanku itu menjauh.
“Iya iyaa pergi sonoh!” usirku.
Acha, Mey dan Osa mengagetkanku “Hayooo, ciee yang barusan disamperin Reihan, kita-kita dilupain deh” kata mereka bertiga padaku dengan raut muka menggoda.
“Hehe kaliannya asik ngobrol tentang ulangan sih, aku gak nafsu bahas ulangan tadi” jawabku asal pada ketiga sahabatku itu.
“Yaudah yuk pulang!” ajak Osa menyudahi obrolan kami.
“Yuk, eh Pay gak pulang sama Reihan nih? hahaha” Ledek Mey dan Acha sambil memainkan alis mereka naik turun lalu kemudian mereka lari, sebelum aku duluan membuat badan mereka sakit dengan cubitanku.
“Ehhh awas ya kalian!”aku mengejar mereka berdua diikuti Osa.
“Hahahaha” kami berempat tertawa lepas. Seperti inilah yang kami lakukan sepulang sekolah. Aku sayang pada mereka bertiga, mereka sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Kami sudah tiga tahun menjalin persahabatan dari bangku Sekolah Menengah Pertama hingga sekarang ini. Terimakasih Tuhan telah memberiku sahabat yang sempurna seperti mereka.

***
Senja yang menenangkan selesai menyapa. Mentari sedikit menarik diri ke kaki langit, dia  butuh istirahat karena lelah bekerja seharian menyinari seluruh langit ini, walaupun sebagian tugasnya diambil alih oleh hujan yang menari-nari riang dikota ini. Bulan pun muncul dan tersenyum bersama bintang-bintang yang menari bersama kilauannya.
Aku meraih benda tak berdenyut arteri yang bernama handphone, setelah benda itu mengeluarkan bunyi menandakan adanya pesan masuk. Aku membaca inboxku, tertera nama Reihan pada layar handphoneku, aku tersenyum-senyum sendiri membaca smsnya.
‘Malam Pay, lagi apa? Aku kesal ni, tadi waktu maen futsal tim aku kalah.Aku kecewa, soalnya belakangan ini sering kalah’
“Reihan…Reihan…” kataku dalam hati sambil menggelengkan kepala, ia langsung bercerita tentang masalahnya padaku tanpa mau memberiku waktu untuk menjawab pertanyaannya barusan. Tapi itulah Reihan yang ku kenal, ia orang yang blak-blakkan.
Reihan adalah laki-laki dengan wajah yang terbilang manis menurutku, mata bulat, hidung mancung dan berkulit sawo matang. Perkenalan kami sederhana dan tidak disengaja. Reihan awalnya hanyalah teman dari temanku, aku lupa entah bagaimana awalnya aku dan dia mulai berteman dan dekat seperti sekarang ini. Dia adalah pendengar yang baik, dia juga pencerita yang baik karena ceritanya selalu menyenangkan dan menyegarkan. Dia mengajak pikiranku untuk melihat sepak bola dari sisi yang berbeda. Dia menjelaskan padaku bagaimana politik bisa mempengaruhi sepak bola.Sungguh, aku mencintai isi otak laki-laki ini.Pandangannya selalu berbeda, isi otaknya memukau dan aku mencintai jalan pikirannya.
Narendra Reihan,begitulah nama lengkap sosok laki-laki yang mungkin telah diciptakan Tuhan sebagai pemberi perhatian dengan kualitas terbaik untuk setiap perempuan yang dikenalnya. Tapi,ada beberapa hal yang aku benci dari dia. Dia sering menyembunyikan rasa sakit,rasa lelahnya dan segala masalahnya. Dia pun sering lupa makan dan tidak pernah ingat makanan apa yang telah masuk ke mulutnya. Tapi, dengan segala kebiasaannya yang dia punya, aku senang jika smsnya mampir di inbox handphoneku.
Aku memainkan jari-jariku pada keypad handphoneku dengan lincah.‘Malam juga Rei. Kalah menang biasa dalam permainan, besok besok tingkatin lagi aja usaha dan kerja sama timnya :)’
Jajaran huruf yang sudah ku ketik itu terkirim padanya dan hanya dalam hitungan menit ia sudah membalasnya lagi.
Malam itu terasa sangat menyenangkan bagiku,menghabiskan waktu dengan seseorang yang kusuka walaupun hanya dalam barisan kata-kata pada sebuah layar handphone. Dia sukses membuat hidupku tidak monoton, dia salah satu warna bagi hidupku.
***
5 bulan sudah semuanya berjalan dengan cepat, tidak terasa sudah 5 bulanan aku dan Reihan dekat seperti ini, kami adalah dua orang yang sudah lama dekat yang tidak pernah membicarakan tentang hati kami. Kami selalu bercerita tentang apa yang terlintas dan ingin diceritakan saat itu juga. Sempat terlintas di pikiranku ingin mengetahui isi hati Reihan terhadapku, tapi pikiran itu langsung ku tepis, aku takut mengetahui pernyataan dari Reihan.
***
“Hei Pay! Dari mana? Koperasi yuk!”sapa Reihan mengagetkanku saat aku sedang berjalan hendak menuju koperasi.
“Hmm, iya aku juga mau ke koperasi nih” jawabku sambil tersenyum padanya.
Kami berjalan bersama menuju koperasi,tapi kami berdua hanya diam di setengah perjalanan. Seperti ada yang sedang kami pikirkan tapi tidak bisa terucapkan.
Reihan membuka pembicaraan “Oh iya, kok tumben gak bareng Mey, Osa dan Acha?”
“Mereka udah duluan dan ninggalin aku” jawabku.
“Haha kalian macem teletubbies kalo sedang sedang berjalan berempat” tutur Reihan dengan tertawa.
“Mulai lagi nih, ngajak perang? Iyaa? Ngajak perang?” ancamku.
“Iya deh aku ngalah sama anak kecik” kata Reihan,ia tidak mengatakan ‘anak kecil’ tapi dia selalu mengatakan ‘anak kecik’, itu salah satu hal yang khas dari seorang Reihan.
“Iya deh tau yang udah besar” aku membalas kata-katanya tidak mau ketinggalan.
Kebersamaan kami memang terlihat biasa, tapi luar biasa bagiku. Mungkin saat-saat seperti ini akan kurindukan nantinya.

***
Malam ini, malam minggu, malam yang biasanya di pakai kebanyakan orang menghabiskan waktu bersama orang yang di sayanginya, entah itu bersama keluarga, sahabat, sekalipun pacar.
Aku termasuk salah satu orang yang sangat beruntung karena bisa menghabiskan waktu bersama keluargaku. Keluarga kami selalu menyempatkan diri ke Pasar Bathupat, atau ke café lainnya di sekitar sini untuk menyantap makan malam.
Di sela makan malamku bersama Mama dan Ayah, handphoneku berdering, menyanyikan lagu A Year Without Rain dari Selena Gomez tanda masuknya sebuah pesan.
Aku tersenyum melihat pengirimnya, Reihan. Dia mengirimkan kata-kata cinta. Aku membaca pesan itu sekali lagi,Reihan tidak pernah mengirim kata cinta untukku. Lalu aku membalas smsnya
‘Lagi jatuh cinta ya?’ Sms itu terkirim padanya, tapi hatiku penasaran. Reihan jatuh cinta sama siapa? Apa maksud kata-katanya tadi? Untukku? Sebuah pesan mengangetkan lamunanku.
‘Lihat baik-baik dong pesannya! Gimana keren gak kata-katanya?’
Aku membuka lagi sms Reihan yang pertama kali ia kirimkan tadi, aku terkejut mendapati akhiran sms dia yang bertuliskan nama seseorang dan nama itu bukan namaku.
‘Gimana Pay? Bagus gak? Kata-kata ini rencananya mau aku kirim ke Kenaya’ Reihan mengirimiku sebuah sms lagi, mungkin karena aku juga tidak kunjung membalas smsnya.
Aku langsung mengatai diriku sendiri dalam hati ‘Fe kenapa kamu bodoh gak baca smsnya sampai habis? Jelas-jelas itu bukan untukmu, mana mungkin Reihan suka sama kamu’
Aku melanjutkan lamunanku, Kenaya adalah temannya Reihan. Belakangan ini Reihan memang sering bercerita tentang Kenaya padaku. Tapi aku tidak peka akan hal itu, aku kira itu hanya sekedar cerita biasa.
Aku membalas sms Reihan ‘Oh, iya iyaa bagus kok kata-katanya. Kamu suka sama Kenaya ya?’ Aku sebenarnya takut mendengar jawaban Reihan. Dan aku berharap jawabannya ‘tidak’, tapi kenyataan membalik harapanku.
‘Iya, rencananya malam ini aku mau ngutarain isi hati aku, kamu dukung aku kan?’
‘Oke aku selalu dukung kamu kok. Semoga lancar ya’ Reihan tidak membalas smsku lagi.
Keadaanku tidak terlalu baik setelah mengetahui sebuah pernyataan dari Reihan. Aku dan Reihan hanya teman biasa dan aku tidak boleh melarangnya dekat dengan siapapun.Aku juga tidak boleh marah pada orang yang sedang dekat dengan Reihan. Aku senang jika Reihan menemukan seseorang yang bisa membuatnya nyaman dan bahagia. Tapi ada hati yang menangis disini, aku seperti tidak rela melepaskannya bersama orang lain.
“Fe, dimakan dong makanannya, jangan asyik ngelamun” Mama mengagetkanku dari lamunanku.
“Iya ma, ini dilanjutin kok” jawabku tersenyum pada mama. Mama membalas senyumanku lalu lanjut mengobrol dengan Ayah. Makanan yang masuk ke mulutku terasa hambar. Tidak ada rasa.
Sepulang dari makan malam Reihan kembali mengirim sms padaku.
‘Pay, aku dan Kenaya sekarang sudah jadian. Aku senang loh, besok aku certain ya ke kamu gimana prosesnya tadi,hehe.. Oke selamat malam dan selamat tidur Pay’
Aku mencoba tersenyum membaca sms itu, tapi kali ini aku tidak sanggup lagi berpura-pura untuk tersenyum. Tiba-tiba airmata jatuh dari mataku hingga membasahi handphone yang masih ku pegang. Selamat untukmu Reihan, aku ikut bahagia jika kamu bahagia.

***
Sekolah bubaran seperti biasa, pukul 13.40. Aku langsung menuju parkiran bersama ketiga sahabatku. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara Reihan memanggilku.
“Pay…Pay, sombong ya belakangan ini” katanya padaku setengah menggoda.
“Ah, masak sih? Haha” aku menjawab tanyanya di ikuti tawa. Tawa yang bukan dari hatiku.
Tiba-tiba Kenaya datang menghampiri kami.
“Han, pulang yuk.” dia menggandeng tangan Reihan dan mengajaknya  pulang.
“Pay, aku duluan ya” pamit Reihan padaku.
“Iya, hati-hati Reihan, bawa pulang kenaya selamat sampai rumah ya” Aku menggoda dia dengan Kenaya sambil mengedipkan mata.
“Beres bos” ia beranjak pergi dengan mengacungkan jempolnya padaku sambil tersenyum manis,  bahkan sangat manis untukku.
“Sabar ya Fe” ketiga sahabatku menenangkan perasaanku yang memang sedang hancur melihat kerbersamaan Reihan dan Kenaya,mereka bertiga merangkul pundakku. Cuma sahabat yang tidak pernah absen ketika kita sedang membutuhkan tempat untuk bersandar.

***
Hubunganku dan Reihan masih seperti biasanya, hanya saja aku sedikit menjauhkan diri darinya,aku hanya ingin menjaga perasaan seorang perempuan disampingnya, yaitu Kenaya. Reihan masih sering mengirimku sms entah itu sepulang sekolah ataupun malam hari. Dia masih tetap sering bercerita tentang bola padaku, terutama tentang club bola kesukaannya yaitu Chelsea dengan pemain bola favoritnya Frank Lampard, aku yang awalnya buta tentang dunia persepakbolaan menjadi tau tentang bola darinya. Reihan dan Kenaya sudah bersama-sama sekitar hitungan 1 bulan.1 bulan terasa sangat lama bagiku.Tidak seperti ketika waktuku bersama Reihan sebelum ia mengubah statusnya menjadi berpacaran.
Aku terus menjalani hidupku seperti biasa, walaupun aku merasakan kemonotonan yang sangat luar biasa. Ini karena Reihan yang tidak selalu ada disampingku seperti sebelum-sebelumnya. Aku merindukan kebersamaan kami, aku merindukan perang  mulut kami, aku merindukan dia memanggilku dengan sebutan ‘kura-kura Pay’, aku merindukan godaan teman-teman yang menggangguku dengannya, aku merindukan Narendra Reihan!

***
Saat siang hari menjelang sore,aku tertidur di kamarku dengan pulas, ritual yang sangat amat jarang kulakukan.
‘Ke café tempat bisa sekarang!’ Reihan mengirimiku sebuah pesan.
Aku langsung membalas smsnya ‘Untuk apa Rei?’
Beberapa detik kemudian langsung ada balasan darinya ‘Ada deh, datang sekarang pokoknya, gak pake lama ya. Jangan lamban kayak kura-kura’
Aku tidak lagi membalas smsnya, aku langsung mempercepat gerakan untuk bersiap-siap menuju café yang di maskud dengan sepeda motor, sambil bertanya-tanya dalam hati ada apa pada Reihan dan apa yang akan Reihan bicarakan. Cuaca sore ini sangat cerah, matahari bersinar seperti sedang bahagia. Sepuluh menit aku tiba di café. Aku membuka pintu lalu mencari sosok Reihan dan mendapati ia duduk di meja yang berkursikan untuk dua orang dengan kemeja biru, celana jins panjang dan sepatu kets hitam putih. Dia tersenyum melihatku yang sedang melihat ke arahnya.
“Sini” dia memangilku dengan menggunakan isyarat tangannya yang melambai-lambai.
Aku duduk di depannya.”Ada apa Rei?” aku membuka pembicaraan.
“Haha to the point amat sih, pesan makanan dulu. Kami mau pesan apa? Jangan es ya” Dia masih hafal kesukaanku pada es krim dan dia juga yang sering melarangku memakan es.
“Iya,iyaa. Aku pesan apa aja,terserah” kataku dengan muka setengah ngambek karena ia tidak membiarkanku menyeruput es krim.
Suasana kembali diam, lagi-lagi seperti ada yang sedang kami pikirkan di otak kami masing-masing.
“Pay, aku udah putus sama Kenaya” ucap Rei tiba-tiba dengan muka serius.
“Hah? Putus? Kok bisa?” aku kaget mendengar ucapan yang keluar dati mulu Reihan.
“Iya,kemarin semuanya selesai”
“Tapi kenapa Rei? Bukannya kamu sayang sama dia dan dia juga sayang sama kamu kan?” Tanyaku sangat penasaran.
“Kamu gak sayang sama aku Fe?” Kata Rei tiba-tiba dengan mimik muka serius menatap mataku.
“Maksudmu?”
“Fe, selama ini kamu gak sadar ya kedekatan kita itu sendiri udah lebih dari teman ataupun sahabat. Selama aku dengan Kenaya, aku merindukan kamu Fe, aku kangen muka cemberut kamu ketika sudah kalah saat kita sedang perang mulut, aku kangen semua perhatianmu yang sempat hilang selama dua bulan ini. Dan Kenaya tau kalau aku menyayangimu Fe. Aku kangen kamu” jelas Reihan panjang lebar padaku sambil menatap mataku lekat-lekat.
“Reii…” mulutku tidak bisa berkata lagi.
Kata-kata Reihan barusan membuat sekujur tubuhku menegang kaku. Nafasku seperti terhenti. Daya pikirku lenyap seketika.
“Fevita aku sayang kamu melebihi teman. Bukannya kamu pernah bilang padaku, cinta datang karena keterbiasaan yang tidak tersengaja” kelembutan suara Reihan terdengar sangat nyaman di hatiku. Mata Rei menatapku dalam-dalam, seolah ingin menemukan isyarat sekecil apapun dibalik mataku.
Andai Reihan juga tau, aku menyayanginya juga lebih dari sekedar teman selama ini. Bahkan mungkin lebih dari pada Kenaya menyayanginya. Tapi aku tidak bisa mengatakannya pada Reihan. Aku tertegun, tenggelam dalam kebimbangan yang tak terpahami.
Ternyata hujan mulai bernyanyi diluar sana mengetuk atap café ini dan hawa dinginnya pun menyelinap melalui jendela-jendela kecil di beberapa sudut café. Lagi-lagi hujan turun dengan tiba-tiba, padahal jelas-jelas tadi matahari masih bersinar terang. Hujan turun seperti ingin mewakili isi hatiku yang ingin menangis.
“Fe, kok diem?” Reihan menyadarkanku dari lamunanku. Ia masih memberiku senyum manisnya yang selalu ku suka dan tangannya meraih tanganku, menggenggamnya erat-erat.
“Reihaan, aku udah nganggap kamu sahabat aku. Dan harusnya status itu tidak boleh berubah menjadi lebih dari sahabat” aku mengatakannya. Sangat berat saat mulut mengatakan hal yang tidak sesuai dengan hati.
“Tapi kenapa Fe?” Tanyanya lagi dan aku baru sadar, dari tadi ia memanggilku dengan ‘Fe’ bukan ‘Pay’.
Banyak hal yang tidak bisa aku katakan langsung. Aku sadar, kalau kamu menjadi kekasihku, kamu akan makan hati. Tiap  hari, kamu akan repot karena tingkahku. Tiap minggu mengecek handphoneku dan men-delete semua sms dari orang-orang yang mengangguku. Bukannya aku tidak suka, hanya saja aku takut itu semua nantinya membuat perpecahan di antara kita. Jika nanti kami berpacaran dan seandainya putus, maka aku dan Reihan akan jauh,Pasti! Dan aku takut bakal jauh dari Reihan. Aku lebih memilih untuk menjalani semuanya seperti semula, bersahabat. Walaupun ingin rasanya berteriak mengatakan ‘Ya Reihan, aku sangat sayang sama kamu’
“Pokoknya gak bisa Rei. Udah yuk pulang nanti hujannya keburu deras” Pintaku padanya sambil berdiri dari kursi dan bersiap-siap beranjak keluar café.
“Iya,iya.hmm,Fe…tunggu!” Reihan menarik tanganku.
“Kenapa Rei?”
“Eh, gak,gak..kenapa-napa kok, yuk pulang” Dia menggenggam tanganku erat dan jalan menuju pintu keluar.
Aku dan Reihan pulang dengan satu sepeda motor, ia tidak membawa sepeda motor ketika kesini. Ia mengendarai sepeda motorku dengan tidak terlalu cepat. Sedangkan hujan sudah mengeluarkan butiran-butirannya dengan lebat sore ini.Di sepanjang perjalanan pulang, kami hanya berdiam diri, seolah tak ada lagi kata-kata yang bisa diucapkan. Cuma tangan kami terus saling genggam, Reihan menggenggam tanganku dengan satu tangan sedangkan tangan satunya lagi pada kemudi motor. Kami sama-sama tak ingin melepaskan, seakan takut kehilangan satu sama lain.
Di tengah derasnya hujan,tanpa aku pinta cairan hangat yang asin mengalir pada pipiku, hujan mencampurkan adukkan air mataku dengan tetesan-tetesannya dan juga menyamarkan kata-kataku saat aku mengatakan sesuatu pada telinga Reihan “Aku sayang sama kamu Narendra Reihan”.
Hujan semakin deras turun membasahi bumi dan itu membuat tubuhku terkena percikan airnya. Ternyata aku lupa menutup jendela kamarku saat aku tertidur, aku terbangun dari tidur siangku dengan mata sembap. ‘Aku menangis saat tidur?’ tanyaku dalam hati. Ya ingatan mimpi itu masih sangat segar, saat aku tertidur tadi Reihan beserta hujan ini singgah ke mimpiku dan dia mengatakan hal yang sangat ingin aku dengar.



Cerpen ini hasil karyaa aku, tapi sedikit banyak dari kata-kata cerpen ini terinspirasi dari kak Dwitasari :) Terimakasih kak Dwitasari