Jumat, 09 Desember 2011

Percakapan kita.


“Aku hanya ingin di mengerti.” Ucapku tegas di tepat di depan wajahnya.

“Memangnya selama ini aku tidak mengerti kamu?” Jawabnya singkat, mengundang emosiku.

“Kamu ini bisa peka sedikit tidak? Percuma kamu mengatakan kamu suka aku, sayang aku dan cinta aku kalau kamu tidak pernah mengerti aku!” Bentakku menyentuh kasar gendang telinganya. Dia hanya tercengang, tak percaya aku bisa mengeluarkan suara sekencang itu.

“Jadi, aku harus gimana dong, wahai seseorang yang aku cintaa?” Tanyanya dengan nada sedikit manja. Tapi aku tidak tergoda! Aku masih dengan emosiku.

“Kok nanya? Pikir sendiri dong!” Jawabku sinis, aku masih memalingkan wajah, enggan menatapnya wajahnya yang seringkali membuatku luluh.

“Gini ya, kamu mau diperhatikan tapi enggak mau memperhatikan, kamu mau disayangi tapi tidak pernah lebih menyayangi seseorang, kamu selalu benar dan orang lain selalu disalahkan, kamu seringkali……”

“Cukup! Cukup! Bisa enggak sih kamu bikin aku senang?” Kataku membalas bentakannya dengan nada tinggi.

Seketika suasana menjadi hening, Aku hanya terdiam menatapnya, air mata perlahan menuruni kelopak mataku, mengalir begitu saja di pipiku.

“Oke, sekarang apa masalahmu?” Dia menurunkan intonasi bicaranya lebih tenang dari sebelumnya.

“Kamu selalu dekat dengan perempuan-perempuan di sekitarmu, kamu seringkali memberi perhatian kepada mereka sedangkan kamu mempunyai status ‘pacaran’ denganku! Aku ingin dijadikan satu-satunya untukmu dan itu berarti tidak ada perempuan lainnya!” Akhirnya termuntahkan juga hal yang selama ini terpendam dalam dadaku walau dalam isak tangis.

“Maaf sayang, aku tidak pernah bermaksud menyakiti hatimu, aku dengan perempuan-perempuan itu hanyalah teman biasa, aku juga tidak pernah member perhatian kepada mereka. Maaf, membuatmu risih selama ini dengan keadaan seperti itu. Kamu adalah Perempuanku satu-satunya, Cuma kamu! Satu!”

Aku terdiam dalam tumpahan air mataku. Tidak ada kata yang bisa kuucap. Aku hanya ingin dia mengerti.

 “Sayang,kamu bisa miliki hati seseorang, tapi kamu belum tentu miliki jalan hidupnya. Cobalah mengerti sudut pandangku.Percayalah, aku cuma punya kamu tapi aku juga butuh teman, hanya sekedar teman. Ini bukan hanya masalahmu, tapi ini masalah kita, Sayang.” Ucapnya menenangkanku, dia gunakan tangannya yang lembut untuk menghapus air mataku.

“Itulah masalahmu, kenapa harus teman perempuan yang kamu miliki? Aku cemburu sayang.Tolong mengerti aku”

“Iya iya Perempuanku, aku akan menjaga jarak dengan mereka. Aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman disampingku. Maaf jika selama ini hatimu dipenuhai rasa sesak karenaku. Dan kamu janji harus selalu mengatakan padaku hal yang mengganggumu” Ucapnya lembut sambil memasang senyum simpul dibibirnya.

“Kadang, sesuatu itu tidak perlu diucapkan dengan suara, hanya perlu perhatian yang lebih detail. Aku ingin kamu lebih memperhatikanku” Kataku dengan nada manja padanya.

“Aku harus belajar baca bahasa isyarat dong” Ucapnya dengan nada dan air muka yang polos tapi mengundang senyumku yang menahan tahan. Membuatku selalu ingin menyubiti lengannya. Dia selalu berhasil membuatku hatiku luluh dan membaik seketika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar